Air Galon Biang Kerok Warga RI Jatuh Miskin, Ini Kata Ekonom
[ad_1]
Jakarta, Harian – Air kemasan seperti air galon jelas turut berkontribusi terhadap menurunnya tingkat perekonomian masyarakat Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh ekonom senior Bambang Brojonegoro.
“Sampai saat ini tanpa kita sadari sudah sedikit menggerus pendapatan kita karena kita bergantung sepenuhnya pada air galon, air kemasan dan sebagainya,” kata Bambang di kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). ) tercatat pada Jumat (30 Agustus 2024).
Mantan menteri keuangan ini mengatakan, kebiasaan minum air kemasan tidak ditemukan di semua negara. Di negara maju misalnya, masyarakat kelas menengah sudah terbiasa meminum air minum yang disediakan pemerintah di tempat umum. Berkat adanya fasilitas air minum yang masif, masyarakat di negara maju tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli air.
“Daya beli masyarakat kelas menengah terjamin karena tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli air,” katanya.
Meski begitu, Bambang mengatakan kebutuhan air minum hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan banyak masyarakat kelas menengah berpindah dari “kasta” ke kelas ekonomi bawah. Bambang menduga pandemi Covid-19 menjadi faktor utama runtuhnya kelas menengah Indonesia.
“Alasannya berbeda-beda. Karena kami melihat data dari tahun 2019 hingga 2023. Jadi penyebab pertama adalah Covid,” ujarnya.
Banyak masyarakat kelas menengah kehilangan pekerjaan selama Covid-19, katanya. Sementara yang lain mengalami kegagalan bisnis.
“Jangan lupa bahwa Covid terjadi dalam waktu dua tahun dan pada saat itu ada kelas menengah yang kehilangan pekerjaan dan ada kelas menengah yang usahanya terhenti atau bangkrut,” ujarnya.
Sayangnya, kata dia, setelah pandemi mereda, masyarakat kembali dihadapkan pada permasalahan lain seperti tingginya suku bunga. Menurut dia, kenaikan suku bunga mau tidak mau akan berdampak pada perekonomian.
“Jadi saya melihat kombinasi yang dimulai dari Covid, kemudian meluas dengan suku bunga tinggi, nilai tukar melemah, dan semuanya menjadi mahal,” ujarnya.
Bambang mengatakan, tidak hanya suku bunga yang tinggi, upaya masyarakat kelas menengah untuk pulih dari Covid-19 juga terdampak oleh kenaikan harga beras akibat efek El Niño. Meski inflasi secara umum stabil, Bambang mengatakan kenaikan harga beras telah menurunkan daya beli masyarakat kelas menengah.
“Kombinasi ini menyebabkan sebagian kelas menengah turun ke tingkat calon kelas menengah,” ujarnya.
(luar biasa/luar biasa)
Artikel selanjutnya
Ada kemungkinan perang Iran-Israel, mantan menteri keuangan itu menekankan kelemahan Republik Ingushetia
[ad_2]
Post Comment