Houthi Yaman Bombardir Israel, Arab Saudi Malah Uring-uringan
[ad_1]
Jakarta, Harian – Ketegangan meningkat di Timur Tengah setelah kelompok Houthi Yaman mengatakan mereka telah memperoleh rudal hipersonik yang mampu menembus pertahanan udara Israel. Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman dalam perang melawan Houthi, menyerukan tindakan yang lebih kuat untuk menghentikan pasokan senjata ke kelompok tersebut, terutama yang diyakini berasal dari Iran.
Arab Saudi yakin Iran memasok senjata kepada Houthi, termasuk yang digunakan dalam serangan terhadap kapal komersial di Laut Merah.
Serangan-serangan tersebut telah mengurangi separuh lalu lintas kapal di Laut Merah, meningkatkan biaya pengiriman dan melumpuhkan perekonomian Mesir melalui gangguan terhadap Terusan Suez.
Sementara itu, di ibu kota Houthi, Sanaa, para pemimpin kelompok tersebut merayakan serangan terhadap Israel yang mereka klaim. Serangan itu terjadi di area terbuka dekat Bandara Internasional Ben Gurion, dan Houthi mengatakan teknologi rudal tersebut dikembangkan oleh teknisi Yaman sendiri.
Mereka juga berjanji akan melakukan lebih banyak serangan di masa depan.
Sebelum serangan ini, Houthi telah memperingatkan akan adanya serangan terhadap Israel. Namun, serangan rudal Houthi sebelumnya gagal menembus jauh ke wilayah udara Israel. Salah satu serangan yang berhasil di wilayah Israel terjadi pada bulan Maret, ketika sebuah roket mendarat di area terbuka dekat pelabuhan Eilat di Laut Merah.
Serangan lain dari dengung Pada bulan Juli, sebuah peluru buatan Iran menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya di Tel Aviv. Pada hari Minggu, Israel menggunakan sistem pertahanan Arrow dan Iron Dome untuk melawan rudal Houthi, namun masih harus dilihat apakah pencegahannya berhasil.
Houthi, kelompok Syiah yang menguasai Sanaa sejak 2014, diduga menggunakan rudal balistik jarak menengah Qadr-110 atau Ghadr-110 varian Qadr F milik Iran. Iran telah beberapa kali dituduh, termasuk oleh PBB, memasok senjata ke Houthi untuk digunakan melawan pemerintah Yaman yang didukung Saudi di Aden.
Meskipun terjadi pemboman intensif di Arab Saudi pada tahun 2016, kelompok Houthi sulit untuk diusir dan bahkan mampu menyerang Arab Saudi menggunakan drone.
Meskipun Yaman telah melakukan gencatan senjata, ancaman kembalinya perang saudara skala penuh masih ada. Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa situasinya masih rapuh.
Mantan kepala intelijen dan diplomat Saudi Turki al-Faisal mengungkapkan kekecewaan Arab Saudi atas bantuan Iran kepada Houthi. Dia menyerukan tindakan internasional yang lebih kuat untuk menghentikan pasokan senjata ke Houthi. Faisal juga menegaskan, serangan terbatas yang dilakukan pasukan AS dan Inggris di Laut Merah terhadap posisi Houthi belum cukup efektif.
“Kami telah melihat pengerahan angkatan laut Eropa dan AS di sepanjang pantai Laut Merah, dan masih banyak yang bisa dilakukan di sana untuk memblokir pasokan senjata yang datang ke Houthi dari Iran,” ujarnya, seperti diberitakan WaliSenin (16.09.2024).
“Tekanan global terhadap Iran dapat berdampak positif pada apa yang dapat dilakukan Houthi dengan meluncurkan rudal dan drone untuk menyerang perdagangan internasional.”
Faisal mengkritik Iran yang terus melakukan intervensi di negara-negara Arab seperti Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman, serta Palestina. Menurutnya, Iran belum memenuhi perjanjian diplomatik yang dibuat dengan Arab Saudi dua tahun lalu di China. Dia juga menekankan bahwa Houthi kini mengancam stabilitas global di pintu masuk Bab al-Mandab ke Laut Merah, sementara Iran tidak menunjukkan upaya nyata untuk menstabilkan kawasan tersebut.
Namun, Arab Saudi tidak ikut serta dalam serangan militer AS karena berupaya menyelesaikan konflik Yaman melalui jalur diplomatik dan membentuk pemerintahan nasional.
Laksamana Muda George Wyckoff, komandan Armada ke-5 AS yang berbasis di Timur Tengah, mengatakan serangan sporadis AS dan Inggris terhadap posisi Houthi di pantai Yaman telah gagal memulihkan lalu lintas pelayaran komersial.
Serangan Houthi telah menyebabkan pengurangan 50 persen pengiriman di Laut Merah, memaksa perusahaan pelayaran untuk mengubah rute kapal mereka di seluruh Afrika, sehingga menambah biaya perjalanan hingga US$1 juta karena tambahan 11.000 mil laut.
Meskipun AS dan Israel melancarkan serangan terhadap posisi Houthi di sepanjang pantai Yaman, serangan Houthi terhadap kapal komersial terus berlanjut.
(menetas/menetas)
Artikel selanjutnya
Laut Merah kembali memanas, dua serangan rudal memakan korban baru: Yunani
[ad_2]
Post Comment