5 Perilaku Mengatasi Konflik Orang Tua dan Anak Menurut Psikolog
[ad_1]
DUTA PONSEL, Batavia – Konflik antara orang tua dan anak merupakan bagian alami dari dinamika rumah tangga. Namun jika tidak ditangani dengan baik, konflik ini bisa menjadi konflik yang berkelanjutan.
Psikolog Endang Retno Wardhani, MBA., PhD., CHt. dari Asosiasi Produktivitas Profesi Indonesia (APPRODI) menyatakan bahwa perbedaan pendapat dapat menimbulkan konflik yang apabila tidak diselesaikan dengan baik akan semakin berkepanjangan.
Perbedaan cara pandang adalah sesuatu yang bisa terjadi, antara orang tua dan anak, kakak dan adik serta anggota keluarga lainnya, kata Endang Retno atau akrab disapa Dhani, saat dihubungi Antara melalui pesan singkat, Jumat pekan lalu.
Psikolog lulusan Universitas Padjadjaran ini menawarkan beberapa tips dalam menangani konflik atau permasalahan yang muncul antara orang tua dan anak, mulai dari saling memahami melalui komunikasi hingga pentingnya memaafkan diri sendiri. Berikut 5 tips yang dibagikan Psikolog Endang Retno Wardhani dalam wawancara dengan Antara.
1. Berhenti dan lakukan
Beristirahat sejenak saat menghadapi situasi emosional adalah langkah paling bijak. Pada saat-saat tegang, emosi seringkali mengaburkan penilaian dan mengarah pada kata-kata atau tindakan yang tidak membantu. Dengan bertemu pihak lain untuk berdiskusi, mereka dapat menata pikiran dan perasaannya dengan lebih baik. Jeda ini memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk berpikir, menenangkan pikiran, dan kemudian mempersiapkan dialog yang lebih mudah.
2. Buka diri Anda dan jadilah teladan
Keberagaman pendapat dapat dikelola dengan baik jika orang tua mau terbuka dan menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Dhani menegaskan, pendapat orang tua tidak selalu benar, sehingga anak perlu mengungkapkan pikirannya dengan jelas agar orang tua dapat memahami keinginannya. “(Orang tua dan anak perlu) terbuka dan saling memaafkan,” ujarnya.
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menjelaskan secara sebagian
Jika terjadi masalah, panggil anak untuk duduk bersama dan tanyakan apa yang terjadi. Beri mereka kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang dan pengalamannya, sekaligus mengajak mereka melihat masalah kegagalan. Kemudian kita mendorong mereka untuk mempertimbangkan berbagai pertimbangan sesuai pemahaman mereka, kemudian tentang konsekuensi dari tindakan yang ingin mereka ambil dalam menghadapi masalah tersebut.
“Pada akhirnya mereka mengajak anak untuk menyepakati hal-hal yang bisa mereka terima, dan kesepakatan tersebut bisa membantu menjelaskan alasan di balik perbedaan yang mereka miliki dengan orang tuanya,” kata Dhani.
Iklan
4. Komunikasi adalah Kuncinya
Dhani menyatakan, komunikasi sangat penting dalam membangun hubungan positif antara orang tua dan anak. “Kemungkinan bonding adalah komunikasi antara orang tua dan anak untuk membangun interaksi dan hubungan yang aman.”
Ia menekankan betapa pentingnya orang tua menciptakan komunikasi yang baik dengan anak agar bisa saling memahami. Beragam pendapat sangat dimungkinkan, namun kebiasaan berdiskusi dan mendengarkan secara terbuka akan mampu mengatasi kesulitan tersebut, ujarnya.
Ia menambahkan, perbedaan pendapat antar anggota keluarga tidak akan menjadi masalah jika ada keinginan dari masing-masing anggota untuk berbicara dan mendengarkan penjelasan satu sama lain.
“Tentu saja keberagaman pendapat bukan menjadi masalah dalam keluarga, namun membangun keterbukaan untuk saling memahami itu penting, sehingga perlu dibangun sikap penyelesaian masalah, yakni dengan menyelesaikan masalah dengan cara berbagi,” ujarnya. dikatakan.
5. Bangun kebiasaan
Kepribadian anak dan cara mereka menangani masalah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tuanya sejak awal. “Memiliki kebiasaan mendengarkan anak dan berdialog terbuka dapat membantu anak mendapatkan pengalaman positif dalam mengungkapkan perasaannya,” kata Dhani. Ia menambahkan, potensi konflik akibat perbedaan pendapat dalam keluarga dapat dikurangi jika kebiasaan komunikasi positif ditanamkan sejak dini.
Dengan kebiasaan komunikasi yang baik, orang tua dan anak akan lebih mau mendengarkan satu sama lain dan memahami sudut pandang yang berbeda terhadap suatu masalah, sehingga bisa saling menghormati. “Kunci membangun komunikasi timbal balik adalah dengan membangun kebiasaan sejak awal untuk berkomunikasi secara terbuka dengan anak, berdialog, mendengarkan cerita, pendapat, atau pengalaman berbeda dari anak dan orang tua,” kata Dhani.
Pilihan Editor: 6 Tips Memberi Tahu Anak Anda Tentang Masalah Keluarga
[ad_2]
Terimakasih
Post Comment