6 Tata krama mengajarkan anak agar tidak menjadi pelaku intimidasi
[ad_1]
DUTA PONSEL, Batavia – intimidasi atau Bullying merupakan permasalahan serius yang dapat memberikan dampak jangka panjang baik bagi pelaku maupun korbannya. Mencegah anak menjadi pelaku bullying memerlukan perhatian sejak dini, terutama di lingkungan keluarga.
Melalui pendidikan yang tepat, anak dapat dilatih untuk berempati dan tidak bertindak agresif. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat orang tua ajarkan kepada anak mereka untuk mencegah mereka menjadi pelaku intimidasi.
- Mulailah percakapan lebih awal
Penting untuk memulai pembicaraan tentang bullying sejak anak mulai berinteraksi dengan teman sebayanya, misalnya pada usia prasekolah. Pada tahap ini, anak mulai mempelajari perbedaan dan mulai membentuk hubungan sosial.
Dibawa oleh Klinik ClevelandHendaknya orang tua mengajarkan kepada anaknya tentang maksud atau niat perbuatannya terhadap orang lain. Hal ini dapat membantu anak-anak untuk memahami dampak tindakan mereka dan meningkatkan kontrol sosial dan emosional.
Selain itu, penting untuk mengajarkan anak tentang emosi. Mengakui dan menimbang emosi mereka dapat membantu anak-anak lebih memahami perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain.
- Dia menekankan pentingnya kebaikan
Mengajarkan anak untuk menghargai orang lain tidak hanya terbatas pada orang dewasa saja, namun juga pada teman sebayanya. Anak-anak perlu mengetahui bahwa semua individu, tanpa memandang usia, ras, atau kelas, harus diperlakukan dengan baik dan hormat.
Salah satu cara efektif untuk menanamkan rasa hormat ini adalah dengan meniru perilaku tersebut di rumah. Mereka adalah orang tua panutan pada awalnya bagi anak, dan dengan demikian interaksi mereka dengan orang lain akan membentuk perilaku anak di kemudian hari.
- Membangun Kekuatan, Lingkungan Bebas
Iklan
Lingkungan rumah yang penuh konflik, kekerasan verbal maupun fisik akan membuat anak rentan menjadi pelaku bullying. Dibawa oleh Kesehatan Anakanak belajar dari perilaku orang dewasa disekitarnya.
Jika mereka terbiasa melihat atau mengalami kekerasan di rumah, kemungkinan besar mereka akan menirunya di sekolah atau di situasi sosial lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga suasana positif di rumah dan menunjukkan bagaimana konflik dapat diselesaikan dengan cara yang sehat dan tanpa kekerasan.
- Melibatkan Anak dalam Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah secara kolaboratif adalah cara efektif lainnya untuk menangani perilaku intimidasi. Misalnya, jika anak terus-menerus bertengkar dengan saudaranya, orang tua bisa mengajaknya bicara untuk mencari tahu penyebab masalahnya. Dengan cara ini, anak diajak berpikir kritis terhadap situasi yang terjadi dan bekerja sama mencari solusi.
- Alasan dibalik perilaku anak
Terkadang, anak PROBAB karena mengalami masalah emosional, seperti marah, frustasi, atau curiga. Orang tua harus mencoba memahami alasan di balik perilaku ini. Mungkin ada masalah di rumah atau di sekolah yang mempengaruhi perilaku anak. Dalam beberapa kasus, penting untuk meminta konselor atau terapis sekolah membantu anak mengatasi masalah yang lebih dalam.
- Minta Bantuan Jika Diperlukan
Jika anak memiliki riwayat sering melakukan intimidasi, atau jika orang tua merasa terbebani oleh tembok, mencari bantuan dari terapis profesional atau ahli kesehatan mental mungkin bisa menjadi solusinya. Terapi dapat membantu anak-anak belajar mengatur emosinya, meningkatkan komunikasi, dan mengembangkan perasaan dan kebenaran.
Pilihan Redaksi: Update Kasus Bullying di Binus School Simprug: Dugaan Kekerasan Fisik
[ad_2]
Terimakasih
Post Comment