Dekan FKUI Sebut Kendala Penanganan Gizi Buruk
[ad_1]
DUTA PONSEL, Batavia – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan gangguan nutrisi seperti defisit, kelebihan, atau ketidakseimbangan asupan energi dan nutrisi. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan biologis pada penderitanya, antara lain penurunan imunitas, kesehatan mental, kekuatan otot, bahkan gangguan fungsi jantung.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH mengingatkan, gizi buruk dapat menyebabkan penurunan imunitas sehingga harus segera ditangani. Menurutnya, kelainan tersebut seringkali tidak terdiagnosis dengan baik sehingga pengobatan menjadi tertunda dan proses penyembuhan gagal serta meningkatkan angka kesakitan dan kematian.
“Yang terjadi jika mengalami gizi buruk adalah menurunnya imunitas karena daya tahan tubuh berkurang. Makanya penanganan pasien gizi buruk semakin sulit,” kata Ari dalam diskusi “Pekan Peduli Gizi Buruk 2024” di Batavia, Selasa, September. 17 tahun 2014
Untuk itu, Dekan FKUI menghimbau untuk tidak mengarah pada pengurangan asupan gizi untuk mempersiapkan hidup sehat, dermawan, dan kompetitif. Namun upaya ini memerlukan keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, petugas kesehatan, dan masyarakat umum, untuk bersama-sama mendorong pendidikan dan intervensi gizi.
“Malnutrisi bukan sekedar” gangguan nutrisi oleh karena itu harus diketahui sejak awal, ketika dokter bertemu dengan pasiennya.”
Kurus tentu saja kekurangan gizi
Ari juga mengatakan, intervensi nutrisi sebaiknya dilakukan sejak dini jika pada pemeriksaan awal ditemukan adanya gangguan sedang atau berat. Sedangkan penilaian gizi buruk meliputi anamnesis, pemeriksaan antropometri, laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya.
“Orang kurus tentu saja kekurangan gizi,” dan “orang gemuk belum tentu kekurangan gizi,” jelasnya.
Iklan
Dalam kesempatan yang sama, peneliti sekaligus dokter bidang kedokteran komunitas dan kedokteran okupasi, Ray Wagiu Basrowi mendorong kerja sama seluruh lapisan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan gizi buruk. Menurutnya, diperlukan inisiatif untuk mencegah malnutrisi, karena gizi mempunyai peran penting dalam membawa perubahan positif terhadap kesehatan dan kualitas hidup manusia.
“Mencegah malnutrisi adalah langkah penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik pada anak-anak dan menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan,” katanya.
Dijelaskannya, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Health Belief Model (HBM) yang merupakan kerangka psikologis untuk memahami bagaimana keyakinan terhadap kekuatan keputusan seseorang mempengaruhi tindakan pencegahan. Dengan HBM masyarakat dapat lebih efektif meningkatkan kesadaran akan bahaya gizi buruk dan dampak serius yang ditimbulkannya.
HBM juga membantu kita memahami manfaat sumber daya pencegahan, meskipun ada tantangan dalam mengakses makanan bergizi. Ray juga menjelaskan pentingnya menciptakan afirmasi yang merangsang tindakan preventif dan membangun kepercayaan diri individu dan keluarga bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan gizinya.
“Perusahaan yang fokus di bidang nutrisi juga merupakan mitra, tidak hanya rantainya saja, karena mereka menyediakan produk nutrisi, penelitian sosial, dan proyek untuk mencegah malnutrisi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” kata Direktur Medis & Ilmiah Keperawatan Sarihusada .
Pilihan Redaksi: Turunkan Angka Prevalensi Stunting di Kota Depok, Ini yang Dilakukan IHWG dan FKUI
[ad_2]
Terimakasih
Post Comment