Puncak acara Hari Badak Sedunia diadakan di Ujung Kulon
[ad_1]
INFORMASI BISNIS – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan menyelenggarakan KTT Hari Badak Sedunia pada 22 September 2017 di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, Provinsi Banten. Kawasan ini merupakan salah satu situs warisan dunia yang memiliki satu-satunya spesies Badak Jawa.
Yang unik dari badak ini adalah ia mempunyai satu cula. Dari lima spesies badak yang ada di dunia, hanya badak jawa dan badak india yang mempunyai satu cula. Keberadaan cula ini menjadi keunikan sekaligus ancaman bagi kelestarian Badak Jawa. Cula badak ini dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat tradisional yang ampuh mengatasi berbagai penyakit, serta sebagai hiasan yang berharga. Hal inilah yang membuat cula badak jawa begitu berharga.
Oleh karena itu, topik puncak Hari Badak 22 September 2017 adalah Puncak Cula Badak Jawa. Keberadaan Badak Jawa yang langka menyebabkan Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam dan Sumber Daya Alam (IUCN) mengkategorikannya sebagai terancam punah (critically endangered) dalam Buku Data Daftar Merahnya. Selain itu, Badak Jawa juga masuk dalam Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Flora and Fauna (CITES), sebagai spesies yang langka di alam dan terancam punah. sebagai salah satu jenis satwa yang dilindungi sesuai dengan peraturan nomor 7 tahun 1999 tentang konservasi tumbuhan dan satwa.
Untuk melestarikan Badak Jawa, Balai Taman Nasional Ujung Kulon telah membentuk tiga tim khusus, yakni Rhinoceros Unit (RMU), Rhinoceros Protection Unit (RPU), dan Resource Based Management (RBM). “Ketiga tim ini mempunyai fokus khusus. RMU fokus memantau populasi dan kondisi badak, RPU fokus melindungi dan melindungi badak dari gangguan, dan RBM melakukan pengamanan berbasis kawasan dan lintas wilayah,” kata Kepala Balai Nasional Ujung Kulon. Park Hall, U.Mamat.
Iklan
Menurut Mamat, tim RMU dan RPU dipimpin oleh fungsionaris Taman Nasional Ujung Kulon dan masyarakat. “Ini merupakan bentuk kerjasama dengan masyarakat dan wujud sumber daya masyarakat sekitar,” ujarnya.
Mamat mengatakan, sifat Badak Jawa yang cenderung soliter menjadi salah satu kendala dalam operasional inventarisasi dan pemantauan karena sulitnya menemukan satwa tersebut langsung di habitatnya. Dikatakannya, pada tahun 1967 – 2008, cara populasi besar badak jawa sangat sederhana, tentu saja menggunakan jejak badak dan beberapa jenis temuan lain seperti feses, urine, bekas tanaman yang dimakan, dan goresan pada batang pohon. “Namun saat ini pengawasan yang hebat bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi perangkap. Sejak tahun 2011 dan 2012, sebanyak 40 kamera video dengan sensor gerak telah dikerahkan di kawasan keramaian Rhino Javan. Hingga tahun 2017, pengawasan menggunakan sekitar 100 kamera video perangkap,” katanya.
Berdasarkan hasil identifikasi tahun 2012, ditemukan minimal 51 individu Badak Jawa (29 jantan dan 22 betina), kemudian pada tahun 2013 sebanyak 58 individu (33 jantan dan 25 betina). Selain itu, pada tahun 2014 teridentifikasi jumlah terkecil. 57 ekor, dan pada tahun 2015 jumlah badak jawa sedikitnya 63 ekor. “Penilaian akhir populasi Badak Jawa akan kami sampaikan pada tanggal 22 September dalam rangka perayaan Badak Dunia,” kata Mamat.
[ad_2]
Terimakasih
Post Comment