Agroforestri Salak di Bali Ditetapkan sebagai Sistem Warisan Pertanian Terbesar di Dunia
[ad_1]
DUTA PONSEL, Batavia – Sistem agroforestri yang memuja salak di BaliIndonesia masuk dalam daftar Sistem Pertanian Penting Dunia (GIAHS). Daftar ini dibuat berdasarkan program unggulan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
Daftar kawasan terpilih, yang dianggap paling penting, menunjukkan ketahanan pangan dan penghidupan, keanekaragaman hayati pertanian, sistem pengetahuan dan praktik berkelanjutan, nilai-nilai sosial dan warisan budaya, serta bentang alam yang mulia.
Banyak dari situs Sistem Pertanian yang ditetapkan sebagai Warisan Dunia ini menunjukkan praktik terbaik untuk meningkatkan ketahanan sistem pangan terhadap perubahan iklim dan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan ekosistem.
Sistem agroforestri yang membudidayakan salak di Bali, Indonesia, mengisi daftar terbaru dengan sistem budidaya tambak palem di Austria dan sistem Agroforestri Kakao di Sao Tome dan Principe – sebuah wilayah di Afrika tengah. Ketiganya ditetapkan secara resmi pada pertemuan Scientific Advisory Group GIAHS pada Kamis, 24 September 2024.
Bagi Indonesia dan Sao Tome-Prince, tekad ini merupakan yang pertama. Austria berada di urutan kedua. Dengan penambahan terbaru pada daftar sistem warisan pertanian global, jaringan pertanian dunia FAO kini terdiri dari 89 sistem di 28 negara di seluruh dunia.
Penilaian Agroforestri Salak di Karangasem, Bali
Sistem agroforestri di Karangasem—wilayah terkering di Pulau Bali—mengintegrasikan budidaya salak dengan berbagai tanaman. Sistem ini dikembangkan oleh masyarakat adat Bali dengan menggunakan sistem subak tradisional untuk pengelolaan air.
Iklan
Seorang petani perempuan mengumpulkan buah salak saat panen di perkebunan di Karangasem, Bali. Galangan kapal FAO/Harriansyah
Pengembangan keanekaragaman hayati pertanian dinilai dapat meningkatkan, melestarikan topografi yang ada, membantu mencegah erosi, menghemat air, menyerap karbon dan mendukung ketahanan pangan, melestarikan warisan budaya dan pola makan lokal. Sistem ini juga telah mengembangkan kapasitas air yang penting dan menyediakan pasokan air ke hampir seribu hektar sawah dan kebutuhan lainnya untuk 10 desa di sepanjang Sungai Buhu.
Setiap bagian dari pohon yang menghasilkan buah dimanfaatkan oleh ular, dan tidak menghasilkan limbah. Praktik ini dapat meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi sumber daya. Memadukan budidaya salak dengan berbagai tanaman lain, antara lain alang-alang, pisang, dan tanaman obat dinilai akan menciptakan lahan pertanian yang kaya dan beragam.
Berdasarkan filosofi tradisional Bali, seperti “Tri Hita Karana” dan “Tri Mandala”, sistem ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas bahkan telah terdaftar sebagai Lanskap Budaya UNESCO.
Pilihan Editor: KKP Undang Pakar dari Vietnam Peribahasa Beternak Benih Belalang
[ad_2]
Terimakasih
Post Comment