Studi: Akses Pangan di Lingkungan Sekitar Berpengaruh Terhadap Risiko Obesitas pada Anak
[ad_1]
DUTA PONSEL, Batavia – Sebuah studi baru menunjukkan bahwa tinggal di lingkungan berpenduduk sedikit dengan akses terbatas terhadap makanan yang terjangkau dan bergizi selama masa-masa kritis, seperti kehamilan atau masa kanak-kanak, secara signifikan meningkatkan risiko terjadinya obesitas.
Obesitas pada anak bukan hanya masalah jangka pendek. Obesitas seringkali mempunyai banyak konsekuensi, yang menyebabkan kemungkinan lebih tinggi terjadinya obesitas pada orang dewasa dan peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker tertentu.
Kurangnya akses terhadap makanan sehat di usia muda seringkali menyebabkan obesitas parah yang berlanjut hingga dewasa, suatu tahap di mana kebiasaan gaya hidup menjadi semakin mengakar dan lebih sulit diubah. Mengatasi masalah ini sejak dini bisa menjadi kunci untuk mengurangi prevalensi obesitas di kemudian hari.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Harvard Health Research Institute, dilaporkan Bumi.commenyoroti bagaimana tahap awal kehidupan membentuk kesehatan anak.
“Memahami bagaimana makanan mempengaruhi tahun-tahun pembentukan setelah rasa sakit di masa kanak-kanak sangatlah penting,” kata penulis utama studi tersebut, Dr. Izzuddin Aris, asisten profesor kedokteran populasi di Harvard School of Medicine.
“Dengan mengungkap mekanisme dan mengidentifikasi faktor risiko yang menghubungkan akses lingkungan dan obesitas pada anak-anak, kita dapat mengembangkan strategi pencegahan yang ditargetkan yang dapat mengurangi kondisi kronis di masa depan,” kata Izzuddin.
Sebuah tim peneliti dari Harvard Medical School memeriksa data lebih dari 28.000 anak di seluruh AS, yang diambil dari 55 kelompok kelahiran, yang berpartisipasi dalam program Pengaruh Lingkungan terhadap Hasil Kesehatan Anak (ECHO) NIH.
Kumpulan data yang komprehensif ini memungkinkan para peneliti untuk mengeksplorasi hubungan kompleks antara lingkungan sekitar dan hasil kesehatan anak nasional.
Para ahli telah menemukan bahwa lingkungan yang signifikan seperti lingkungan berpenghasilan rendah dengan akses pangan yang rendah (di mana toko kelontong terdekat berjarak lebih dari 500 mil di daerah perkotaan atau lebih dari 10 mil di daerah pedesaan) menghadirkan hambatan yang signifikan terhadap akses terhadap makanan sehat dan terjangkau. pilihan.
Terbatasnya akses terhadap makanan bergizi di daerah-daerah ini dapat mempersulit keluarga dalam menyiapkan makanan, sehingga berkontribusi terhadap buruknya kondisi kesehatan.
Iklan
Studi tersebut mengungkapkan korelasi yang besar: tinggal di lahan yang tidak memiliki fasilitas tersebut selama kehamilan, lebih dari 50% dikaitkan dengan risiko obesitas dan nyeri parah sejak masa kanak-kanak hingga remaja.
Penelitian ini menyoroti pengaruh kuat faktor lingkungan awal, seperti akses terhadap makanan, terhadap kondisi kesehatan jangka panjang anak, yang mendasari risiko kesehatan di masa depan.
Izzuddin menekankan pentingnya intervensi strategis untuk mengatasi masalah yang berkembang ini, dan menekankan bahwa langkah-langkah proaktif harus diambil untuk mengurangi konsekuensi kesehatan jangka panjang dari obesitas pada masa kanak-kanak. “Temuan kami membantu fokus pada investasi atau perencanaan untuk meningkatkan akses terhadap makanan sehat sejak dini,” ujarnya.
“Hal ini termasuk mendorong pasar-pasar baru di lingkungan dengan akses pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan berpendapatan rendah, dapur umum dengan pilihan makanan sehat, dan meningkatkan akses terhadap pilihan makanan sehat di sudut-sudut kecil, di toko-toko kecil dan nyaman,” kata Izzuddin.
Masa kanak-kanak remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang semakin berkembang dengan implikasi yang besar. Menurut statistik terbaru, hampir satu dari lima anak di AS mengalami obesitas dan angka ini terus meningkat.
Obesitas pada anak seringkali menyebabkan serangkaian komplikasi kesehatan jangka panjang, termasuk diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan masalah persendian. Selain kesehatan fisik, nyeri hebat juga dapat memengaruhi kesehatan mental, sehingga menyebabkan rendahnya harga diri, depresi, dan isolasi sosial.
Temuan dari penelitian ini, kata Earth.com, lebih jauh menyoroti kebutuhan penting untuk mengatasi faktor budaya dan sosial, seperti akses pangan, untuk memerangi obesitas pada masa kanak-kanak.
Pilihan Editor: Penjelasan Fenomena Bulan Mini yang akan menemani Bumi 2 bulan ke depan
[ad_2]
Terimakasih
Post Comment